BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung mulai dari 6 jam
postpartum, 6 hari dan 6 minggu atau berlangsung selama 42 hari, namun
secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.
Pada masa 6 jam postpartum ibu
sudah mulai dianjurkan untuk melakukan hal meliputi ambulasi berupa miring ke
kiri dan ke kanan, eliminasi yaitu miksi dan, melakukan kebersihan diri seperti
menjaga kebersihan daerah organ vital, pakaian, rambut serta melakukan
istirahat secukupnya. Hal-hal tersebut merupakan bagian dari kebutuhan dasar
ibu pada masa postpartum yang sangat penting dilakukan untuk mencegah
terjadinya gangguan atau komplikasi pada masa nifas .
Manfaat penatalaksanaan 6 jam postpartum adalah
mencegah terjadinya perdarahan postpartum karena atona
uterri, retensio plasenta dan robekan jalan lahir, memantau
kontraksi uterus, mendeteksi tanda-tanda bahaya pada masa nifas. Untuk itu,
setiap ibu hamil harus mengetahui tentang penatalaksanaan postpartum.
Dampak tidak dilakukan penatalaksanaan 6 jam postpartum adalah
meningkatkan perdarahan yang terjadi setelah masa persalinan sehingga
meningkatkan angka kematian ibu.
Pada masa 6 jam postpartum merupakan
masa-masa yang sangat penting karena pada masa ini merupakan pemantauan
perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas untuk mengantisipasi
komplikasi pada masa nifas. Komplikasi yang sering terjadi pada masa nifas 6
jam postpartum meliputi perdarahan postpartum meliputi
atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta. Selain itu, komplikasi
pada masa nifas antara lain infeksi nifas, trombosis, tromboembolisme, sepsis
puerperalis, vulvitis, vaginitis, servisitis, dan endometritis,
sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur, demam dan rasa sakit waktu
berkemih.
Masa nifas atau
puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
(42 hari) setelah itu.
Pelayanan pascapersalinan harus terselenggara pada
masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan,
deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi ,
serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan,
imunisasi, dan nutrisi bagi ibu. Periode pascapersalinan meliputi masa transisi
kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial.
Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian
ibu setiap tahun di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan
pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan dalam waktu satu
jam setelah persalinan, penolong persalinan harus memastikan bahwa uterus
berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila
perdarahan berat, tranfusi darah adalah satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan ibu.
Ini adalah salah satu
penyebab terpenting terjadinya kematian ibu di dunia melibatkan 150.000
kematian dalam satu tahun, terutama terjadi di negara berkembang. Sebagian
besar kematian ibu (88%) terjadi dalam waktu 4 jam persalinan, menandakan bahwa
ini adalah kejadian yang berkaitan erat dengan persalinan kala III.
World Health
Organization (WHO) mengatakan bahwa hampir 50%
kematian ibu disebabkan karena komplikasi pada masa nifas. Di Amerika angka
kematian ibu yang disebabkan pada masa 6 jam postpartum mengalami peningkatan
yaitu 10% menjadi 13%.
Di Indonesia angka
kematian maternal pada tahun 2010 yaitu 220 per 100.000 kelahiran hidup, dimana
46% kematian maternal disebabkan oleh komplikasi yang sering terjadi pada masa
nifas.
1.2 Tujuan
Dapat melaksanakan dan meningkatkan kemampuan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam normal.
1.3 Rumusan
Masalah
Bagaimanakah Asuhan kebidanan pada ibu
nifas 6 jam normal ?
1.4 Manfaat
1. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa studi Akademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam penatalaksanaan 6 jam postpartum .
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
mengaplikasikan pendididkan penulis khususnya tentang penatalaksanaan 6
jam postpartum pada ibu nifas.
3. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagian
bahan masukan bagi tempat praktek terutama bagi bidan serta tenaga kesehatan
yang berada di masyarakat untuk melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan
dan memberikan pendidikan kesehatan atau KIE.
4. Bagi Masyarakat
Dapat di jadikan masukan pada masyarakat agar lebih
mengerti tentang perawatan ibu selama masa nifas.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 . Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal
dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” yang
berarti melahirkan. Masa nifas (puerperium) merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya maka sangat diperlukan asuhan pada masa nifas. Pada masa ini
terjadi perubahan- perubahan fisiologi yaitu : perubahan fisik, involusi
uterus, dan pengeluaran lochea, laktasi/pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem
tubuh lainnya dan perubahan psikologi. Masa nifas adalah masa dimulai bebebrapa jam sesudah lahirnya plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan
pulih dalam waktu 3 bulan.
Batasan waktu nifas yang paling singkat
(minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relatif
pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari.
2.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode
ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Tujuan masa nifas normal dibagi menjadi 2
yaitu :
A.
Tujuan Khusus :
o Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
o Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati
atau
merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu dan bayinya.
o Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga
berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
o Memberikan pelayanan keluarga berencana
B.
Tujuan
Umum
o
Membantu
ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak.
2.3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Peranan dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah:
a. Medeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
b. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga
gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan
yang aman
c. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi
d. Memulai dan mendorong pemberian ASI
2.4 Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi dalam 3 tahapan,yaitu:
a.
Puerperium
dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
b.
Puerperium intermedial yaitu suatu masa
dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu
c.
Remote puerperium adalah waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama ibu bila selama hamil atau
waktu persalinan mengalami komplikasi.
2.5 Respon Orang Tua
Terhadap Bayi baru Lahir
a. Bonding Attachment
Bonding adalah ikatan antara ibu dan bayi
dalam masa awal neonatus, sedangkan attachment adalah sentuhan. Bonding
attachment adalah istilah dalam kebidanan atau psikologi kebidanan
yang artinya ikatan antara ibu dan bayi dalam bentuk kasih sayang dan belaian.
Pengertian dari bonding
attachment/keterikatan awal/ikatan batin adalah suatu proses dimana sebagai
hasil dari suatu reaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang
bersifat saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling
membutuhkan.
Tahap-tahap bonding attachment adalah
sebagai berikut :
a. Terkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara,
dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
b. Keterikatan (bounding)
c. Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat
individu dengan individu yang lain.
Elemen-elemen bounding attachment meliputi hal-hal sebagai berkut :
1. Sentuhan
Sentuhan atau indra peraba dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan
pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara
mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
2. Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata,
orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untk saling memandang.
3. Suara
Saling mendengarkan dan merespon suara antara orag tua dan bayinya juga
penting. Bayi akan menjadi tenang dan berpaling ke arah orang tua mereka saat
orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi.
4. Aroma
Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayi ialah respon terhadap
aroma/ bau masing-masing. Ibu mengetahui setiap anak memiliki aroma yang unik.
Bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya.
5. Entrainment
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang
dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendag-nendang kaki,
seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi
saat anak mulai berbicara.
6. Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat ritme alamiah ibunya. Untuk
itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal
(bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang
yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku
yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi
untuk belajar.
7. Kontak dini
Saat ini, banyak bukti-bukti alamiah yang menunjukan bahwa kontak dini
setelah lahir merupkan hal yang penting dalam hubungan antara orang tua-anak.
b. Respon ayah dan keluarga
Jika ibu sudah mengandung bayi selama
sembilan bulan, ayah benar-benar merasakan kebersamaan dengan bayi saat bayi
lahir. Perkenalan ayah dengan bayi dimulai saat mereka saling bertatapan.
Seperti halnya ikatan ibu dengan bayi, kedekatan ayah dengan bayi penting bagi
tumbuh kembang bayi. Hasil penelitian Robert A. Veneziano dalam The
Importance of Father Love menyebutkan kedekatan ayah dan bayi sangat
membantu mengembangkan kemampuan sosial, kecerdasan emosi, dan perkembangan
kognitif bayi.
c. Sibling Rivalry
Sibling dapat diartikan sebagi persaingan
antara saudara kandung. Persaingan antara saudara kandung merupakan respon yang
normal seorang anak karena merasa ada ancaman gangguan yang mengganggu
kestabilan hubungan keluarganya dengan adanya saudara baru. Anak-anak akan
terus menerus bersaing untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya dan
persaingan itu akan diperlihatkan oleh anak dengan berbagai cara. Pada anak
biasanya yang paling menonjol adalah rasa marah, kemarahan ini dapat ditujukan
kepada orang yang dianggap saingannya atau yang didambakan kasih sayangnya.
Idealnya saudara kandung yang usianya
lebih tua harus dipersiapkan untuk menerima kelahiran saudaranya, ini ditujukan
untuk meyakinkan bahwa walau ada saudara baru namun dia tetap mendapat kasih
sayang yang sama. Pernyataan mengenai bayi dan rumah sakit serta kelahiran
sedapat mungkin dijawab berdasarkan fakta dan secara menyenangkan.
Jika anak yang lebih tua telah merasa aman
dalam keluarga maka ia akan merasa bebas untuk memberikan perhatian pada
saudara barunya, sehingga persaingan atau rival tidak terjadi.
2.6
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjunan masa nifas:
Tabel 2.1 Program dan kebijakan
tekhik masa nifas
Kunjungan
|
Waktu
|
Asuhan
|
I
|
6-8 jam post partum
|
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
|
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan
bila perdarahan berlanjut.
|
||
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah
perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
|
||
Pemberian ASI awal.
|
||
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
|
||
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
|
||
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga
ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu
dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
|
||
II
|
6 hari post partum
|
Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal.
|
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdahan.
|
||
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
|
||
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan
|
||
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-
tanda kesulitan menyusui
|
||
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
|
||
III
|
2 minggu post partum
|
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada
kunjungan 6 haru post partum
|
IV
|
6 minggu post partum
|
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas
|
Memberikan konseling KB secara dini.
|
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit 4 kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
a.
Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
b.
Melakukan pencegahan-pencegahan terhadap
kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya
c.
Mendeteksi adanya kompliasi atau masalah
yang terjadi pada masa nifas.
d.
Menangani komplikasi atau masalah yang timbul
dan menganggu kesehatan ibu
nifas maupun bayinya
2.7 Proses Laktasi Dan
Menyusui
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui
mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Masa
laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian
ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan
kekebalan tubuh secara alami. Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI,
dimana calon ibu harus sudah siap baik secara fisik dan psikologis.
1.
Fisiologo Laktasi
Dalam pembentukan air susu ada dua refleks yang membantu dalam
pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu reflek prolaktin dan refleks let
down.
a.
Reflek prolaktin: setelah persalinan kadar
estrogen dan progersteron menurun, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang
merangsang puting susu dan kalang payudara, akan merangsang ujung-ujung saraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini akan
dilanjutkan ke hipotalamus yang akan menekan pengeluaran faktor- faktor
penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya. Faktor faktor yang memacu
sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise sehingga keluar prolaktin.
Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
b.
Releks Let Down: dengan dibentuknya
hormone prolaktin rangsangan yang berasal dari isapan bayi akan dilanjutkan ke
neurohipofise yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon
ini akan menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga
terjadi involusi pada organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan
mempengaruhi sel miopitelium. Kontraksi sel akan memeras air susu yang telah
terbuat keluar dari alvoli dan masuk ke sistem duktus yang untuk selanjutnya
akan mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang
menghambat refleks let down adalah stres, seperti keadaan bingung/ pikiran
kacau, takut, dan cemas. Faktor- faktor yang meningkatkan refleks let down
adalah sebagai berikut.
1) Melihat bayi
2) Mendengarkan suara bayi
3) Mencium bayi
4) Memikirkan untuk
menyusui bayi
2. Mekanisme menyusui
a.
Reflek mencari ( rooting reflek)
b.
Reflek menghisap (sucking reflek)
c.
Refleks menelan (swallowing reflek)
2.8 Manfaat pemberian ASI
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi
baru lahir segera sampai berumur sedikitnya 2 tahun akan memberikan banyak
manfaat, baik untuk bayi, ibu maupun masyarakat pada umumnya.
a.
Manfaat bagi bayi
Kandungan gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan perkembanan
kecerdasannya, pertumbuhan sel otak secara optimal ,mudah dicerna, penyerapan
lebih sempurna, mengandung zat anti diare, protein ASI adalah spesifik spesies
sehingga jarang menyebabkan alergi untuk manusia, membantu pertumbuhan
gigi, mengandung zat antibodi mencegah infeksi, merangsang pertumbuhan sistem
kekebalan tubuh, dan mempererat ikatan batin ibu dan bayi.
b.
Bagi ibu
Manfaat untuk ibu yakni : mudah, murah, praktis, mempercepat involusi
uterus, mengurangi perdarahan, mencegah kehamilan, meningkatkan rasa kasih
sayang, mengurangi penyakit kanker.
c.
Bagi keluarga
1. Mudah dalam proses
pemberiannya
2. Mengurangi biaya rumah
tangga
3. Bayi yang mendapat ASI
jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.
2.9 Cara Menyusui yang Benar
Langkah-langkah menyusui yang benar
a. Sebelum menyusui, ASI
dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya.
b. Bayi diletakkan menghadap perut
ibu/payudara.
c. Ibu duduk atau berbaring
santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar
kaki ibu tidak bergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
d. Bayi dipegang dengan satu
lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan ibu.
e. Satu tangan bayi diletakkan
dibelakang badan ibu, dan satunya di depan.
f. Perut bayi menempel badan ibu,
kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
g. Telinga dan lengan bayi terletak pada
satu garis lurus.
h. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
i. Payudara dipegang dengan
ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah . Jangan menekan putting
susu dan areolanya saja.
j. Bayi diberi rangsangan
untuk membuka mulut (Rooting reflek) dengan cara: menyentuh pipi dengan
puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
k. Setelah bayi membuka mulut,
dengan cepat didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan
ke mulut bayi.
l. Usahakan sebagian besar
areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah
langit- langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan
ASI yang terletak di bawah areola.
m. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak
perlu dipegang atau disangga lagi.
Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
·
Bayi tampak tenang
·
Badan bayi menempel pada perut
·
Mulut bayi terbuka lebar
·
Dagu bayi menempel pada payudara ibu
·
Sebagia areola masuk ke dalam mulut bayi,
areola bagian bawah lebih banyak yang masuk.
·
Bayi dapat menghisap kuat dengan irama
perlahan
·
Putting susu ibu tidak terasa nyeri
·
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu
garis lurus
·
Kepala agak menengadah
Masalah menyusui pada masa nifas dini
a. Putting susu nyeri
b. Putting susu lecet
c. Payudara bengkak
d. Mastitis atau abses
payudara (peradangan pada payudara)
2.10 Cara merawat payudara
Bidan dapat mengajarkan kepada ibu
bagaimana cara merawat payudara dan perawatan tersebut dapat dilakukan oleh
ibunya sendiri, ibu dapat melakukan perawatan payudara
selama menyusui dengan cara sebagai berikut.
a. Ibu dapat mengatur ulang posisi
menyusui jika mengalami kesulitan
b. Ibu mengeringkan payudara setelah
menyusui, untuk mencegah lecet dan retak oleskan sedikit ASI ke puting, keringkan
dulu sebelum menggunakan pakaian. Lecet dan dan retak pada puting susu
tidak berbahaya.
c. Jika ibu mengalami mastitis/
tersumbatnya saluran ASI anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI
d. Tanda dan gejala bahaya dalam
menyusui yaitu diantaranya adalah bintik / garis merah panas pada payudara,
teraba gumpalan/ bengkak pada payudara, demam.
2.11 Perubahan-Perubahan
Fisiologis Pada Masa Nifas
a. Involusi uterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut
1) Iskemia miometrium, retraksi yang terus menerus dari
uterus setelah pengeluaran plasenta
2) Autolisis, proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uterus
3) Efek oksitosin, ontraksi dan retraksi otot uterin
sehingga akan menekan pembulh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai
darah ke uterus.
b. Lokhea
Dengan adanya involusi uterus, maka
lapisan rahim luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi
nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan.
c. Perubahan pada serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.
Bentuk servik akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan
oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi sedangkan servik tidak
berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik
uteri terbentuk semacam cincin. Warna servik merah kehitam- hitaman karena
penuh pembuluh darah.
d. Perubahan Pada Vulva, Vagina dan
Perinium
Vulva dan vagina mengalami penekanan
serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan
kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen
pada masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya
rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar minggu ke 4.
Perubahan pada
perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan
jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan
indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan
tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini
dapat dilakukan pada akhir puerpurium dengan latihan harian.
e. Tanda- tanda vital
a) Suhu badan, 24 jam postpartum suhu
badan ajan naik sekitar (37,5-38C)sebagai akibat kerja keras waktu
melahirkan, dan kelelahan.
b) Nadi, denyut nadi normal orang dewasa
adalah 60-80 x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat.
c) Tekanan darah, biasanya tidak
berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada
pendarahan. Tekanan darah tinggi pada postpatrtum dapat menandakan terjadinya
preeklamsi postpartum.
d) Pernapasan, keadaan pernapasan selalu
berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak
normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus
pada saluran napas.
f. Sistem Endokrin
a) Hormon plasenta (HCG) menurun dengan
cepat setelah persalinan dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7
postpartum dan sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.
b) Hormon pituitari akan meningkat
dengan cepat.
c) Kadar estrogen terjadi penurunan yang
bermakna setelah persalinan sehingga aktivitas prolaktin juga sedang meningkat
dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.
g. Perubahan Sistem Muskulokeletal
Otot-otot uterus
berkontraksi segera setelah persalinan. Pembuluh-pembuluh darah yang berada
diantara tanaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta lahir.
h. Sistem hematologi
Pada
hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun,
tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositas yang meningkat dimana jumlah
sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam
beberapa hari pertama dari masa postpartum.
i. Sistem pencernaan
Pasca
melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian faal usus
memerlukan waktu 3-4 hari untuk pulih kembali normal. Beberapa hal yang
berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
1) Nafsu makan
Paska melahirkan biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk
mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum
faal usus kembali normal.
2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesi dan anastesi
bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3) Pengosongan usus
Pasca melahirkan ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus
otot usus menurun selama proses persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang
makan, dehidrasi, hemoroid.
j. Sistem perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai
respon terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat spasme sfingter
dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan.
Pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penururnan
fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah
wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu
12-36 jam sesudah melahirkan.
k. Kardiovaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc.
Perubahan terdiri dari volume darah dan haemokonsentrasi. Pada persalinan
pervaginam haemokonsentrasi akan naik.
2. 12 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
a. Mobilisasi
b. Nutrisi
c. Eliminasi
d. Defekasi
e. Kebersihan diri
f. Istirahat
g. Seksual
h. Keluarga berencana
i. Senam hamil
2.13 Tanda-tanda bahaya masa nifas
Jika ibu melihat hal-hal berikut ini atau
memperhatikan bahwa ada seseuatu yang tidak beres atau melihat salah satu dari
hal-hal berikut ini, maka ibu tersebut akan perlu menemui seseorang bidan
dengan segera:
a. Perdarahan hebat atau
peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi biasa atau jika perdarahan
tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam)
b. Pengeluaran cairan vagina dengan bau
busuk yang keras.
c. Rasa nyeri di perut bagian
bawah atau punggung
d. Sakit kepala yang terus-menerus,
nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan
e. Pembengkakan pada wajah dan
tangan
f. Demam, muntah, rasa sakit
sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan
g. Payudara yang memerah, panas dan atau
sakit
h. Kehilangan selera makan untuk waktu
yang berkepanjangan
i. Rasa sakit, warna merah,
kelembutan dan atau pembengkakan pada kaki
j. Merasa sangat sedih dan
tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi
k. Merasa sangat letih atau bernafas
terengah-engah
2.14 Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas
Definisi perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih, sesudah anak lahir atau
setelah kala 3. Kalau terjadi perdarahan, maka tinggi rahim akan bertabah naik,
tekanan darah menurun, dan denyut nadi ibu menjadi cepat.
a. Klasifikasi klinis
Perdarahan pasca persalinan primer yakni, perdarahan yang terjadi dalam 24
jam pertama, penyebab : atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan
robekam jalan lahir.
b. Etiologi dan faktor predisposisi
1) Atonia uteri(75%), atau uteri tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta
lahir).
2) Robekan (laserasi, luka) jalan lahir
atau robekan yang terjadi pada jalan lahir.
3) Retensio plasenta dan sisa plasenta
(plasenta tertahan di dalam rahim baik sebagian ataupun seluruhnya).
4) Inversio uterus (uterus keluar dari
rahim)
5) Gangguan pembekuan darah (koagulasi)
2.15 Proses Adaptasi psikologis Dalam Ibu Dalam Masa Nifas
Adaptasi psikologis ibu adalah suatu penyusuaian diri yang sangat besar
terhadap jiwa dan kondisi tubuhnya setelah mengalami suatu stimulasi dan
kegembiraan yang luar biasa.
Fase –fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
a. Taking in (berlangsung pada
hari ke 1-2)
b. Taking Hold (berlangsung
pada hari ke 3-7)
c. Letting Go (berlangsung
setelah hari ke 10)
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa nifas adalah masa sesudah melahirkan terhitung
dari setelah persalinan sampai pemulihannya dan alat kandungannya seperti
keadaan sebelum hamil yang lamanya 6 minggu.
3.2 Saran
1. Bagi pasien
Untuk mencapai keberhasilan dalam asuhan masa nifas
yang diperlukan ialah kerja sama yang baik antara pasien dan petugas kesehatan.
2. Bagi
petugas kesehatan
Untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan dengan meningkatkan peran
penolong/bidan dalam tugasnya sebagai pelaksana pelayanan pada asuhan masa
nifas
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar