Selasa, 30 Juni 2015

Makalah Masa Nifas

By Unknown di Juni 30, 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah  plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung mulai dari 6 jam postpartum, 6 hari dan 6 minggu atau berlangsung selama  42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.
Pada masa 6 jam  postpartum ibu sudah mulai dianjurkan untuk melakukan hal meliputi ambulasi berupa miring ke kiri dan ke kanan, eliminasi yaitu miksi dan, melakukan kebersihan diri seperti menjaga kebersihan daerah organ vital, pakaian, rambut serta melakukan istirahat secukupnya. Hal-hal tersebut merupakan bagian dari kebutuhan dasar ibu pada masa postpartum yang sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan atau komplikasi pada masa nifas .
Manfaat penatalaksanaan 6 jam postpartum adalah mencegah terjadinya perdarahan postpartum karena atona uterri, retensio plasenta dan robekan jalan lahir, memantau kontraksi uterus, mendeteksi tanda-tanda bahaya pada masa nifas. Untuk itu, setiap ibu hamil harus mengetahui tentang penatalaksanaan postpartum. Dampak tidak dilakukan penatalaksanaan 6 jam postpartum adalah meningkatkan perdarahan yang terjadi setelah masa persalinan sehingga meningkatkan angka kematian ibu.
Pada masa 6 jam  postpartum  merupakan  masa-masa yang sangat penting karena pada masa ini merupakan pemantauan perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas untuk mengantisipasi komplikasi pada masa nifas. Komplikasi yang sering terjadi pada masa nifas 6 jam postpartum meliputi perdarahan postpartum meliputi atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta. Selain itu, komplikasi pada masa nifas antara lain infeksi nifas, trombosistromboembolismesepsis puerperalisvulvitis, vaginitis, servisitis, dan endometritis, sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur, demam dan rasa sakit waktu berkemih.
     Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
Pelayanan pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi , serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu. Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial.
Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap tahun di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan dalam waktu satu jam setelah persalinan, penolong persalinan harus memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila   perdarahan berat, tranfusi darah adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu.
     Ini adalah salah satu penyebab terpenting terjadinya kematian ibu di dunia melibatkan 150.000 kematian dalam satu tahun, terutama terjadi di negara berkembang. Sebagian besar kematian ibu (88%) terjadi dalam waktu 4 jam persalinan, menandakan bahwa ini adalah kejadian yang berkaitan erat dengan persalinan kala III.
     World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa hampir 50% kematian ibu disebabkan karena komplikasi pada masa nifas. Di Amerika angka kematian ibu yang disebabkan pada masa 6 jam postpartum mengalami peningkatan yaitu 10% menjadi 13%.
     Di Indonesia angka kematian maternal pada tahun 2010 yaitu 220 per 100.000 kelahiran hidup, dimana 46% kematian maternal disebabkan oleh komplikasi yang sering terjadi pada masa nifas.

1.2  Tujuan
Dapat melaksanakan dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam normal.

1.3  Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam normal ?




1.4  Manfaat
1.    Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa studi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam penatalaksanaan 6 jam postpartum .
2.    Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan mengaplikasikan pendididkan penulis khususnya tentang penatalaksanaan 6 jam postpartum pada ibu  nifas.
3.    Bagi Lahan Praktek
Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagian bahan masukan bagi tempat praktek terutama bagi bidan serta tenaga kesehatan yang berada di masyarakat untuk melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan atau KIE.
4.     Bagi Masyarakat
Dapat di jadikan masukan pada masyarakat agar lebih mengerti tentang perawatan ibu selama masa nifas.











BAB II
PEMBAHASAN
2.1 .    Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” yang berarti melahirkan. Masa nifas (puerperium) merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya maka sangat diperlukan asuhan pada masa nifas. Pada masa ini terjadi perubahan- perubahan fisiologi yaitu : perubahan fisik, involusi uterus, dan pengeluaran lochea, laktasi/pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya dan perubahan psikologi. Masa nifas adalah masa dimulai bebebrapa jam sesudah lahirnya plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari.

2.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Tujuan masa nifas normal dibagi menjadi 2 yaitu :
A.     Tujuan Khusus :
o   Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
o   Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau 
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
o   Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
o   Memberikan pelayanan  keluarga berencana
B.     Tujuan Umum
o   Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak.
2.3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Peranan dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah:
a.  Medeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
b.  Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
     mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan
     yang aman
c.  Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi
d.   Memulai dan mendorong pemberian ASI
2.4 Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi dalam 3 tahapan,yaitu:
a.    Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
b.   Puerperium intermedial yaitu suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu
c.    Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama ibu bila selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

2.5 Respon Orang Tua Terhadap Bayi baru Lahir
a.  Bonding Attachment
Bonding adalah ikatan antara ibu dan bayi dalam masa awal neonatus, sedangkan attachment adalah sentuhan. Bonding attachment adalah istilah dalam kebidanan atau psikologi kebidanan yang artinya ikatan antara ibu dan bayi dalam bentuk kasih sayang dan belaian.
Pengertian dari bonding attachment/keterikatan awal/ikatan batin adalah suatu proses dimana sebagai hasil dari suatu reaksi terus menerus antara  bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Tahap-tahap bonding attachment adalah sebagai berikut :
a.    Terkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal     bayinya.
b.      Keterikatan (bounding)
c.      Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat individu dengan individu yang lain.

Elemen-elemen bounding attachment meliputi hal-hal sebagai berkut :
1.      Sentuhan
Sentuhan atau indra peraba dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
2.      Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untk saling memandang.
3.      Suara
Saling mendengarkan dan merespon suara antara orag tua dan bayinya juga penting. Bayi akan menjadi tenang dan berpaling ke arah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi.
4.      Aroma
Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayi ialah respon terhadap aroma/ bau masing-masing. Ibu mengetahui setiap anak memiliki aroma yang unik. Bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya.
5.      Entrainment
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendag-nendang kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara.
6.      Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
7.      Kontak dini
Saat ini, banyak bukti-bukti alamiah yang menunjukan bahwa kontak dini setelah lahir merupkan hal yang penting dalam hubungan antara orang tua-anak.


b.    Respon ayah dan keluarga
Jika ibu sudah mengandung bayi selama sembilan bulan, ayah benar-benar merasakan kebersamaan dengan bayi saat bayi lahir. Perkenalan ayah dengan bayi dimulai saat mereka saling bertatapan. Seperti halnya ikatan ibu dengan bayi, kedekatan ayah dengan bayi penting bagi tumbuh kembang bayi. Hasil penelitian Robert A. Veneziano dalam The Importance of Father Love menyebutkan kedekatan ayah dan bayi sangat membantu mengembangkan kemampuan sosial, kecerdasan emosi, dan perkembangan kognitif bayi.

c.    Sibling Rivalry
Sibling dapat diartikan sebagi persaingan antara saudara kandung. Persaingan antara saudara kandung merupakan respon yang normal seorang anak karena merasa ada ancaman gangguan yang mengganggu kestabilan hubungan keluarganya dengan adanya saudara baru. Anak-anak akan terus menerus bersaing untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya dan persaingan itu akan diperlihatkan oleh anak dengan berbagai cara. Pada anak biasanya yang paling menonjol adalah rasa marah, kemarahan ini dapat ditujukan kepada orang yang dianggap saingannya atau yang didambakan kasih sayangnya.
Idealnya saudara kandung yang usianya lebih tua harus dipersiapkan untuk menerima kelahiran saudaranya, ini ditujukan untuk meyakinkan bahwa walau ada saudara baru namun dia tetap mendapat kasih sayang yang sama. Pernyataan mengenai bayi dan rumah sakit serta kelahiran sedapat mungkin dijawab berdasarkan fakta dan secara menyenangkan.
Jika anak yang lebih tua telah merasa aman dalam keluarga maka ia akan merasa bebas untuk memberikan perhatian pada saudara barunya, sehingga persaingan atau rival tidak terjadi.

2.6 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjunan masa nifas:

Tabel 2.1  Program dan kebijakan tekhik masa nifas
Kunjungan
Waktu
Asuhan       
I
6-8 jam post partum
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
II
6 hari post partum
Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda- tanda kesulitan menyusui
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
III
2 minggu post partum
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 haru post partum
 IV
6 minggu post partum
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas
Memberikan konseling KB secara dini.

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
a.            Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
b.            Melakukan pencegahan-pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya
c.            Mendeteksi adanya kompliasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
d.            Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menganggu kesehatan ibu
nifas maupun bayinya









2.7 Proses Laktasi Dan Menyusui

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami. Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu harus sudah siap baik secara fisik dan psikologis.

1.                  Fisiologo Laktasi
Dalam pembentukan air susu ada dua refleks yang membantu dalam  pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu reflek prolaktin dan refleks let down.
a.                   Reflek prolaktin: setelah persalinan kadar estrogen dan progersteron menurun, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara, akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini akan dilanjutkan ke hipotalamus yang akan menekan pengeluaran faktor- faktor penghambat  sekresi prolaktin dan sebaliknya. Faktor faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
b.                  Releks Let Down: dengan dibentuknya hormone prolaktin rangsangan yang berasal dari isapan bayi akan dilanjutkan ke neurohipofise yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini akan menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi pada organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel miopitelium. Kontraksi sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alvoli dan masuk ke sistem duktus yang untuk selanjutnya akan mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang menghambat refleks let down adalah stres, seperti keadaan bingung/ pikiran kacau, takut, dan cemas. Faktor- faktor yang meningkatkan refleks let down adalah sebagai berikut.
1)      Melihat bayi
2)      Mendengarkan suara bayi
3)      Mencium bayi
4)      Memikirkan untuk menyusui bayi

2. Mekanisme menyusui
a.                   Reflek mencari ( rooting reflek)
b.                  Reflek menghisap (sucking reflek)
c.                   Refleks menelan (swallowing reflek)

2.8 Manfaat pemberian ASI
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi baru lahir segera sampai berumur sedikitnya 2 tahun akan memberikan banyak manfaat, baik untuk bayi, ibu maupun masyarakat pada umumnya.
a.                   Manfaat bagi bayi
Kandungan gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan perkembanan kecerdasannya, pertumbuhan sel otak secara optimal ,mudah dicerna, penyerapan lebih sempurna, mengandung zat anti diare, protein ASI adalah spesifik spesies sehingga jarang menyebabkan alergi untuk manusia,  membantu pertumbuhan gigi, mengandung zat antibodi mencegah infeksi, merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh, dan mempererat ikatan batin ibu dan bayi.
b.                  Bagi ibu
Manfaat untuk ibu yakni : mudah, murah, praktis, mempercepat involusi uterus, mengurangi perdarahan, mencegah kehamilan, meningkatkan rasa kasih sayang, mengurangi penyakit kanker.
c.                   Bagi keluarga
1.      Mudah dalam proses pemberiannya
2.      Mengurangi biaya rumah tangga
3.      Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.

2.9 Cara Menyusui yang Benar
Langkah-langkah menyusui yang benar
a.       Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya.
b.      Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
c.       Ibu duduk atau berbaring santai.  Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah  agar kaki ibu tidak bergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
d.       Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
e.       Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan satunya di depan.
f.       Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
g.      Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
h.      Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
i.        Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah . Jangan menekan putting susu dan areolanya saja.
j.        Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (Rooting  reflek) dengan cara: menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
k.       Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.
l.        Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit- langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola.
m.    Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
·            Bayi tampak tenang
·            Badan bayi menempel  pada perut
·            Mulut bayi terbuka lebar
·            Dagu bayi menempel  pada payudara ibu
·            Sebagia areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bagian bawah lebih banyak yang masuk.
·            Bayi dapat menghisap kuat dengan irama perlahan
·            Putting susu ibu tidak terasa nyeri
·            Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
·            Kepala agak menengadah


Masalah menyusui pada masa nifas dini
a.         Putting susu nyeri 
b.         Putting susu lecet
c.         Payudara bengkak
d.        Mastitis atau abses payudara (peradangan pada payudara)

2.10 Cara merawat payudara
Bidan dapat mengajarkan kepada ibu bagaimana cara merawat payudara dan perawatan tersebut dapat dilakukan oleh ibunya sendiri, ibu dapat melakukan  perawatan  payudara  selama  menyusui dengan cara sebagai berikut.
a.       Ibu dapat mengatur ulang posisi menyusui jika mengalami kesulitan
b.      Ibu mengeringkan payudara setelah menyusui, untuk mencegah lecet dan retak oleskan sedikit ASI ke puting, keringkan dulu sebelum menggunakan pakaian. Lecet dan dan retak  pada puting susu tidak berbahaya.
c.       Jika ibu mengalami mastitis/ tersumbatnya saluran ASI anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI
d.      Tanda dan gejala bahaya dalam menyusui yaitu diantaranya adalah bintik / garis merah panas pada payudara, teraba gumpalan/ bengkak pada payudara, demam.

2.11 Perubahan-Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
a.      Involusi uterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut
1)   Iskemia miometrium, retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
2)   Autolisis, proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus
3)   Efek oksitosin, ontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembulh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.


b.      Lokhea
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan rahim luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan.
c.       Perubahan pada serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Bentuk servik akan  menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh  korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin. Warna servik merah kehitam- hitaman karena penuh pembuluh darah.
d.      Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perinium
 Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang  sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar minggu ke 4.
           Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerpurium dengan latihan harian.
e.       Tanda- tanda vital
a)      Suhu badan, 24 jam postpartum suhu badan ajan naik sekitar (37,5-38C)sebagai akibat kerja keras waktu  melahirkan, dan kelelahan.
b)      Nadi, denyut nadi normal orang dewasa adalah 60-80 x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat.
c)      Tekanan darah, biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah tinggi pada postpatrtum dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum.
d)     Pernapasan, keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas.


f.       Sistem Endokrin
a)      Hormon plasenta (HCG) menurun dengan cepat setelah persalinan dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.
b)      Hormon pituitari akan meningkat dengan cepat.
c)      Kadar estrogen terjadi penurunan yang bermakna setelah persalinan sehingga aktivitas prolaktin juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.
g.      Perubahan Sistem Muskulokeletal
            Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara tanaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir.
h.      Sistem hematologi
            Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositas yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa  hari pertama dari masa postpartum.
i.        Sistem pencernaan
            Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk pulih kembali normal. Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
1)      Nafsu makan
Paska melahirkan biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
2)      Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesi dan anastesi bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3)      Pengosongan usus
Pasca melahirkan ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid.

j.        Sistem perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai respon terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan  terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.
Pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penururnan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.
k.      Kardiovaskuler
Pada persalinan pervaginam  kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Perubahan terdiri dari volume darah dan haemokonsentrasi. Pada persalinan pervaginam haemokonsentrasi akan naik.

2. 12 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
a.       Mobilisasi
b.      Nutrisi
c.       Eliminasi
d.      Defekasi
e.       Kebersihan diri
f.       Istirahat
g.      Seksual
h.      Keluarga berencana
i.        Senam hamil

2.13 Tanda-tanda bahaya masa nifas
     Jika ibu melihat hal-hal berikut ini atau memperhatikan bahwa ada seseuatu yang tidak beres atau melihat salah satu dari hal-hal berikut ini, maka ibu tersebut akan perlu menemui seseorang bidan dengan segera:
a.       Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam)
b.      Pengeluaran cairan vagina dengan bau busuk yang keras.
c.       Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung
d.      Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan
e.       Pembengkakan pada wajah dan tangan
f.       Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan
g.      Payudara yang memerah, panas dan atau sakit
h.      Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan
i.        Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan atau pembengkakan pada kaki
j.        Merasa sangat sedih dan tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi
k.      Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah

2.14 Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas
Definisi perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih, sesudah anak lahir atau setelah kala 3. Kalau terjadi perdarahan, maka tinggi rahim akan bertabah naik, tekanan darah menurun, dan denyut  nadi ibu menjadi cepat.
a.       Klasifikasi klinis
Perdarahan pasca persalinan primer yakni, perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama, penyebab : atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekam jalan lahir.
b.      Etiologi dan faktor predisposisi
1)      Atonia uteri(75%), atau uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta lahir).
2)      Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan yang terjadi pada jalan lahir.
3)      Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan di dalam rahim baik sebagian ataupun seluruhnya).
4)      Inversio uterus (uterus keluar dari rahim)
5)      Gangguan pembekuan darah (koagulasi)

2.15 Proses Adaptasi psikologis Dalam  Ibu Dalam Masa Nifas
     Adaptasi psikologis ibu adalah suatu penyusuaian diri yang sangat besar terhadap jiwa dan kondisi tubuhnya setelah mengalami suatu stimulasi dan kegembiraan yang luar biasa.
Fase –fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
a.    Taking in (berlangsung pada hari ke 1-2)
b.    Taking Hold (berlangsung pada hari ke 3-7)
c.     Letting Go  (berlangsung setelah hari ke 10)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa nifas adalah masa sesudah melahirkan terhitung dari setelah persalinan sampai pemulihannya dan alat kandungannya seperti keadaan sebelum hamil yang lamanya 6 minggu.
3.2 Saran
1. Bagi pasien
Untuk mencapai keberhasilan dalam asuhan masa nifas yang diperlukan ialah kerja sama yang baik antara pasien dan petugas kesehatan.
2.   Bagi petugas kesehatan
Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dengan meningkatkan peran penolong/bidan dalam tugasnya sebagai pelaksana pelayanan pada asuhan masa nifas


DAFTAR PUSTAKA


  

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sage Femme Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea