Oksigen
memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak
adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan
oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
1. Jenis
Pernapasan
a. Pernapasan
Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan
proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari tubuh, sering disebut sebagai
pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai dari masuknya oksigen melalui
hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan
pipa bronchial ke alveoli, lalu oksigen akan menembus membrane yang akan diikat
oleh Hb sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah
dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan paru dengan
tekanan oksigen 100 mmHg.
b. Pernapasan
Internal
Pernapasan internal merupakan
proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya
yang sering melibatkan proses Semua hormon termasuk derivate
catecholamine dapat melebarkan saluran pernapasan.
2. Pengukuran
fungsi paru
Respirasi
(Pernapasan atau ventilasi) sebagai suatu siklus inspirasi dan ekspirasi.
Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang
mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih
rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume
dan kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri, sedang
hasil rekamannya disebut dengan spirogram.
Udara
yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak
500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang sangat
bervariasi tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350
ml) dari volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus
alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas.
Sedang sisanya sebanyak 30% (150 ml) menetap di ruang rugi (anatomic dead
space).
Volume
total udara yang ditukarkan dalam satu menit disebut dengan minute volume of
respiration (MVR) atau juga biasa disebut menit vantilasi. MVR ini didapatkan
dari hasil kali antara volume tidal dan frekuensi pernapasan normal permenit.
Rata-rata MVR dari 500 ml volume tidal sebanyak 12 kali pernapasan permenit
adalah 6000 ml/menit.
Volume
pernapasan yang melebihi volume tidal 500 ml dapat diperoleh dengan mengambil
nafas lebih dalam lagi. Penambahan udara ini biasa disebut volume cadangan
inspirasi (Inspiratory reserve volume) sebesar 3100 ml dari volume tidal
sebelumnya, sehingga volume tidal totalnya sebesar 3600 ml.
Meskipun
paru dalam keadaan kosong setelah fase ekspirasi maksimal, akan tetapi sesungguhnya
paru-paru masih memiliki udara sisa yang disebut dengan volume residu yang
mempertahankan paru-paru dari keadaan kollaps, besarnya volume residu sekitar
1200 ml.
Berikut
cara pemeriksaan vital paru dengan alat spirometri :
a. Siapkan
alat spirometri
b. Nyalakan
alat terlebih dahulu dengan memencet tombol ON. Masukkan data seperti umur,
seks, TB, BB
c. Kemudian
masukkan mouthpiece yang ada dalam alat spirometri kedalam mulutnya dan
tutuplah hidung dengan penjepit hidung.
d. Untuk
mengatur pernapasan, bernapaslah terlebih dahulu dengan tenang sebelum
melakukan pemeriksaan.
e. Tekan
tombol start jika sudah siap untuk memulai pengukuran.
f. Mulai
dengan pernapasan tenang sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi
maksimal (tidak terputus). Bila dilakukan dengan benar maka akan keluar data
dan kurva pada layar monitor spirometri.
g. Kemudian
ulangi pengukuran dengan melanjutkan inspirasi dalam dan ekspirasi maksimal.
h. Setelah
selesai lepaskan mouthpiece, periksa data dan kurva kemudian dilanjutkan dengan
mencetak hasil rekaman (tekan tombol print pada alat spirometri).
3. Masalah
kebutuhan oksigen
Permasalahan
dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya gangguan yang
terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologis dari
organ-organ respirasi. Permasalahan dalam pemenuhan tersebut dapat disebabkan
adanya gangguan pada sistem tubuh lain, misalnya sistem kardiovaskuler.
Gangguan
pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh peradangan, obstruksi,
trauma, kanker, degeneratif dan lain-lain. Gangguan tersebut akan menyebabkan
kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. Secara garis
besar, gangguan-gangguan respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan
irama/frekuensi pernapasan, insufisiensi pernapasan dan hipoksia.
a. Gangguan
irama/frekuensi pernapasan
1. Gangguan
pernafasan antara lain:
a) Pernapasan
‘Cheyne-stokes’ yaitu siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula dangkal,
makin naik kemudian menurun dan berhenti. Lalu pernapasan dimulai lagi dengan
siklus baru. Jenis pernapasan ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung
kongesti, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara
fisiologis, jenis pernapasan ini terutama terdapat pada orang di ketinggian
12.000-15.000 kaki di atas permukaan laut dan pada bayi saat tidur.
b) Pernapasan
‘Biot’ yaitu pernapasan yang mirip dengan pernapasan Cheyne-stokes, tetapi
amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan pernapasan ini kadang ditemukan
pada penyakit radang selaput otak.
c) Pernapasan
‘Kussmaul’ yaitu pernapasan yang jumlah dan kedalamannya meningkat sering
melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan
asiidosis metabolik dan gagal ginjal.
2. Gangguan
frekuensi pernapasan
a) Takipnea/hiperpnea,
yaitu frekuensi pernapasan yang jumlahnya meningkat di atas frekuensi pernapasa
normal.
b) Bradipnea,
yaitu kebalikan dari takipnea dimana ferkuensi pernapasan yang jumlahnya
menurun dibawah frekuensi pernapasan normal.
b. Insufisiensi
pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan
dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu:
1. Kondisi
yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:
a) Kelumpuhan
otot pernapasan, misalnya pada poliomielitis, transeksi servikal.
b) Penyakit
yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema, TBC dan lain-lain.
2. Kelainan
yang menurunkan kapasitas difusi paru:
a) Kondisi
yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang, misalnya kerusakan jaringan
paru, TBC, kanker dan lain-lain.
b) Kondisi
yang menyebabkan penebalan membran pernapasan, misalnya pada edema paru,
pneumonia, dan lain-lain.
c) Kondisi
yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak normal dalam beberapa
bagian paru, misalnya pada trombosis paru.
3. Kondisi
paru yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-paru ke
jaringan yaitu:
a) Anemia
dimana berkurangnya jumlah total hemoglobin yang tersedia untuk transpor
oksigen.
b) Keracunan
karbondioksida dimana sebagian besar hemoglobin menjadi tidak dapat mengankut
oksigen.
c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang
disebabkan oleh karena curah jantung yang rendah.
c. Hipoksia
Hipoksia
adalah kekurangan oksigen di jaringan. Istilah ini lebih tepat daripada
anoksia. Sebab, jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan.
Hipoksia dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia hipokinetik,
overventilasi hipoksia dan hipoksia histotoksik.
1. Hipoksemia
Hipoksemia adalah kekurangan oksigen di
darah arteri. Terbagi atas dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia
anoksik) dan hipoksemia isotonik (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi
dimana tekanan oksigen arteri rendah karena karbondioksida dalam darah tinggi
dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi dimana oksigen normal, tetapi
jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini terdapat pada
kondisi anemia, keracunan karbondioksida.
2. Hipoksia
Hipokinetik (stagnat anoksia/anoksia bendunagan)
Hipoksia hipokinetik yaitu hipoksia yang
terjadi akibat adanya bendunagn atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi
kedalam dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik ischemic dan hipoksia hipokinetik
kongestif. Hipoksia hipokinetik ischemic terjadi dimana kekurangan oksigen pada
jaringan disebabkan karena kuarngnya suplai darah ke jaringan tersebut akibat
penyempitan arteri. Hipoksia hipokinetik kongestif terjadi akibat penumpukan
darah secara berlebihanatau abnormal baik lokal maupun umum yang mengakibatkan
suplai oksigen ke jaringan terganggu, sehingga jarinagn kekurangan oksigen.
3. Overventilasi
hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia
yang terjadi karena aktivitas yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan
oksigen lebih rendah dari penggunaannya.
4. Hipoksia
histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan
dimana darah di kapiler jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapat
menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan
oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak dari pada
normal (oksigen darah vena meningkat).
Sumber: RealTeaching from
NILUH FEBRILIA LORENTINA
0 komentar:
Posting Komentar