Ukuran
cavitas amniotica yang makai meningkat sebagian disebabkan oleh fetus yang
bekembang, dan sebagaian oleh adanya cairan yang mulai timbul mulai kehamilan 4
minggu. Cairan amnion ini terutama berasal dari sel-sel membrane amnion, yaitu
ectoderm. Urine feus ditemukan didalam cairan amnion sejak minggu ke-4, dan
urine ini terutama terdiri dari air, karena produk limbah diekskresikan lewat
system sirkulasi fetal/maternal. Setelah 20 minggu, cairan dari paru-paru fetus
juga masuk ke dalam cairan amnion.
Cairan
ini, yang kadag-kadang disebut liquor
amnii, adalah cairan yang jernih, berwarna seperti jerami, dengan reaksi
alkalis, dan dengan demikian dapat dibedakan dari urine ibu setelah pecahnya
membran. Jumlah cairan yang dihasilkan ini meningkat selama kehamilan, sehingga
pada minggu ke-38 terdapat kira-kira 1 liter cairan yang mengisi cavitas
amniotica. Setelah 28 minggu, volume ini turun. Fetus menelan cairan amnion
kira-kira 400 ml per hari, dan terjadi perubahan terhadap cairan amnion setiap
kira-kira 3 jam.
Komposisi amnion, 99%
air dan 1% zat-zat padat. Zay-zat tersebut meliputi:
·
Protein
·
Lemak
·
Karbohidrat
·
Garam mineral
·
Enzim-enzim
·
Hormone plasenta
·
Urea
·
Asam urat
·
Pigmen empedu
·
Vernix caseosa
·
Lanugo
·
Sel-sel fetus yang mengelupas
Fungsi amnion:
1. Memungkinkan
fetus bergerak dengan bebas
2. Memungkinkan
anggota badan fetus berkembang dan bergerak tanpa saling menekan satu sama
lain; tanpa tertekan oleh badan ferus atau dining uterus
3. Menyeimbangkan
tekanan intrauteri dan bekerja sebagai peredam goncangan (shock absorber)
4. Menstabilkan
suhu intrauteri
Pada persalinan,
asalkan kantong caira tersebut tetap utuh sampai persalinan telah maju, maka
cairan amnion:
1. Bekerja
sebagai bantal untuk melindungi kepala fetus terhadap tekanan
2. Mempertahankan
lingkungan feus tetap steril
3. Bekerja
sebagai baji (wedge) untuk membantu dilatasi cervix
4. Mengurangi
efek kontraksi uterus terhadap peredaran darah plasenta
5. Menyediakan
douche (siraman) steril bagi jalan lahir tepat senelum kelahran pada saat
saccus amnioticus pecah
Kelainan cairan amnion:
1. Polihidramnion
Polihidramnion adalah jumlah cairan
amnin yang berlebihan yang dihubungkan secara diabetes pada ibu, defek tuba
neuralis, dan atresia esophagus pada fetus, dan adanya kembar uniovuler.
Malpresentasi dan letak yang tidak stabil, keduaya biasanya disertai dengan
polihidramnion, dan prolapsus funiculus umbikalis lebih mungkin terjadi
2. Oligohidramnion
Menunjukan jumlah pengurangan
cairan amnion yang tidak memungkinkan fetus untuk cukup bergerak in utero. Pada sejumlah keadaan, anggota
badan fetus begitu mengalami tekanan sehingga ibu perlu diajari bagaimana cara
merangsang gerakan bayi setelah kelahiran. Kulit bayi akan kering dan tampak
seperti kulit hewan (leathery).
Ologohiramnion juga dihubungkan dengan suatu kelaianan yang sangat jarang
terjadi, yaitu agenesisi ginjal.
3. Warna
1. Pewarnaan
mekonium menyebabkan liquor berwarna coklat kehijauan, dan ini merupakan tanda
gawat janin
2. Liquor
yang mengalami pewarnaan empedu merupakan peunjuk adanya penyakit hemolitik, tetapi
sekarang keadaan ini jarang dijumpai di Inggris
Sumber:Verralls, Sylvia. 1997. Anatomi dan Fisiologi
Terapan dalam Kebidanan. Jakarta:EGC.
0 komentar:
Posting Komentar